Minggu, 19 Desember 2010

Cara Menentukan Responden di Rumahtangga Terpilih

Dalam penelitian survei rumah tangga, kadang kita harus menentukan siapa wakil anggota rumahtangga yang menjadi narasumber atau yang diwawancarai. Kadang interviewer memilih siapa saja yang ada dan bisa ditemui pertama kali di rumahtangga tersebut. Ternyata langkah ini dapat menimbulkan bias sample yang dapat merusak informasi yang kita kumpulkan. Terus apa salahnya? Mungkin salah satu alasannya adalah orang yang sering dirumah (berpeluang besar menjadi responden) mempunyai kebiasaan/pengetahuan yang berbeda dengan orang yang sering berpergian. Misalnya survei tentang acara TV, kalau responden kita banyak yang sering dirumah maka bisa jadi informasi yang diperoleh bisa over-estimated, sebaliknya jika responden orang yang suka keluar rumah maka informasi yang diperoleh malah uder-estimated.
Di Indonesia yang latar budayanya masih kuat, biasanya kepala keluarga laki-laki yang sering menemui orang-orang yang belum dikenal. Sehingga mungkin cara terbaik adalah menemui dahulu kepala keluarga, kemudian baru menerangkan ke mereka bahwa kita butuh responden dari salah satu anggota rumah tangga bersangkutan.
Umumnya untuk mendapatkan sample responden dari sejumlah anggota rumahtangga yang terpilih menggunakan metode ulang-tahun, Kish-Grid, dan Kuota.
Metode ulang-tahun digunakan dengan cara mencari anggota rumahtangga yang baru saja merayakan ulang tahunnya atau mau merayakannya. Secara teori jelas setiap anggota rumahtangga mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Tetapi cara ini ternyata mempunyai kelemahan, yaitu tidak seimbangnya jumlah sample menurut gender dan kelompok umur. Kadang di Indonesia, masih banyak anggota rumah tangga yang tidak hafal ulang tahun keluarganya karena budaya merayakan ultah bukan sebagai hal utama dalam hidup, apalagi di daerah pedesaan dan rumah tangga dengan manula yang banyak.
Metode Kish-Grid, metode pemilihan responden ditentukan dengan tabel bilangan yang ditemukan oleh Leslie Kish (1949). Konsepnya sederhana, kita mendata/melisting anggota rumahtangga yang sesuai kriteria responden kemudian dengan nomor acak kita bisa menentukan anggota rumahtangga yang terpilih. Dalam berbagai penelitian, metode ini mempunyai tingkat penolakan dari calon responden yang tinggi. Pertanyaan awal dari interviewer biasanya menayakan “Berapa jumlah orang yang tinggal di sini?” Di negara maju, dimana banyak manula yang tinggal sendirian,
Pertanyaan seperti ini bisa menimbulkan kecurigaan yang tinggi. Tetapi di negara berkembang seperti Indonesia, mungkin tidak bermasalah karena umumnya orang tua masih tinggal dengan anggota keluarga lainnya. Untuk detail metode Kris-Grid bisa berkunjung di artikel sebelumnya “Metode Kish Grid untuk Memilih Responden”
Metode Kuota (Quota Sampling), merupakan metode yang banyak digunakan walaupun masih banyak juga yang memperdebatkan. Contohnya, jika kita punya 10 rumahtangga terpilih, maka kita pilih responden perempuan dan 5 rumahtangga, dan laki-laki di rumahtangga sisanya. Asumsinya adalah indikator rasio gender (laki terhadap perempuan) sekitar 1. Untuk keseimbangan umur, juga bisa diterapkan quota umur, misalnya dari 10 rumah tangga, pilih responden tertua di 5 rumahtangga dan sisa rumahtangga yang lain dipilih yang usia termuda. Selain gender dan usia, bisa juga diterapkan quota menurut mobilitasnya seperti lama di rumah (ibu rumahtangga, pensiunan, pengangguran) dan lama di luar rumah (pekerja atau mahasiswa). Untuk menentukan jumlah samplenya, harus didasarkan dari asumsi yang benar. Misalnya berdasarkan data sensus sebelumnya.
Nah itulah salah satu cara bagaimana kita memilih responden di unit sample yang terpilih (rumahtangga). Semoga bisa memberikan informasi yang berguna dalam meningkatkan kualitas data yang diperoleh dari lapangan. Jadi ingat pepatah statistika “Garbage In, Garbage Out”, kalau data yang dikumpulkan berkualitas sampah, maka hasil analisanya juga akan sampah juga. Statistik tidak ada model daur ulang 3R seperti sampah beneran!

3 komentar: